YEREMIA DIPERINTAHKAN UNTUK MENAATI
PEMANGGILANNYA DENGAN BERANI
Yeremia (1:17-19)
1. Latar
Belakang
Yeremia
dilahirkan di kampung Anatot, yang letaknya kira-kira 5 km disebelah utara
Yerusalem. Nama ayahnya adalah Hilkia, dan dia berasal dari suatu keluarga para
imam. Meskipun tidak ada bukti yang secara langsung mendukungnya, tetapi sering
disangka bahwa Yeremia adalah seorang keturunan Abyatar, imam raja Daud, yang
dipecat oleh Salomo dari jabatannya di Yerusalem dan yang pindah ketanah
miliknya di Anatot (1 Raja-Raja 2:26-27). Tetapi untuk mengerti dan menafsirkan
kitab nabi Yeremia, persoalan apakah Yeremia seorang keturunan Abyatar ataukah
tidak, sama sekali tidak bermanfaat, dan rupanya jelas bahwa meskipun dia
berasal dari keluarga imam-imam, namun Yeremia sendiri tidaklah berjabatan
sebagai seorang imam. Menurut judul di dalam 1:1-3, panggilan Yeremia untuk
menjadi seorang nabi tidak terjadi dalam tahun yang ketigabelas dari
pemerintahan raja Yosia, yaitu pada tahun 627, dan karena dia masih muda pada
waktu itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa dia dilahirkan kira-kira pada tahun
645, yaitu dalam tahun-tahun yang terakhir dari pemerintahan raja Manasye.
Tetapi beberapa
ahli tafsir, misalnya Hyatt, Holladay, berpendapat bahwa tahun 627 bukan
merupakan panggilan Yeremia, tetapi waktu kelahirannya, dan bahwa kegiatan
sebagai seorang nabi mulai ketika raja Yoyakim naik tahta pada tahun 609.
Mereka mengatakan bahwa tidak ada nubuat-nubuat Yeremia yang dapat dianggap
secara pasti sebagai hal yang berasal dari waktu pemerintahan raja Yosia, tidak
ada firman dari Yeremia tentang reformasi raja Yosia pada tahun 622, dan pada
waktu raja Yosia memerintah tidak ada bangsa yang dapat disamakan secara pasti
sebagai musuh dari utara, yang disebut didalam 1:14-16; 4:5.
Tetapi
keberatan-keberatan ini dapat diatasi. Identitas musuh dari utara itu dan sikap
Yeremia terhadap reformasi raja Yosia akan dibicarakan dalam bagian yang lain
dan juga dalam tafsiran mengenai 1:13-16 dan 11:1-17. Dan meskipun nubuat dalam
pasal 2-6 disusun dan dipergunakan untuk suatu situasi sesudah itu, tetapi
banyak diantaranya yang mungkin pertama-tama diucapkan antara tahun 627 dan 622.
Dengan demikian, sementara bisa disetujui bahwa pengetahuan kita tentang
kehidupan Yeremia selama pemerintahan
raja Yosia sangat terbatas, dan masa kegiatan Yeremia yang paling hebat adalah
selama pemerintahan raja Yoyakim dan Zedekia, tetaplah tahun 627 dapat dianggap
sebagai waktu pemanggilan Yeremia yang benar.
1.1
Bagaimana Tersusunnya Kitab Yeremia
Cara tersusunya
kitab Yeremia, sama seperti nabi-nabi lain, Yeremia terutama mempergunakan
perkataan-perkataan lisan. Sejak waktu pemanggilannya pada tahun 627 sampai
kematiannya lebih dari empat puluh tahun kemudian, dia menerima banyak firman
Tuhan dan membritahukannya kepada bangsa Yehuda. Kadang-kadang dia membuat
tindakan-tindakan yang bersifat simbolis untuk menguatkan firman itu, tetapi
tindakan demikian selalu diikuti dengan penjelasan lisan. Tugas pokoknya ialah
mengumumkan kehendak Tuhan melalui perkataan-perkataan yang diucapkannya.
Meskipun dia kadang-kadang mengkotbhkan kotbah-kotbah yang lebih panjang,
tetapi biasanya nubuat Yeremia berada dalam bentuk syair-syair yang singkat.
Dia mengucapkan
syair-syair demikian dalam banyak kesempatan. Barangkali pada setiap
kesempatan diucapkan satu syair, atau barangkali beberapa syair. Sangat mingkin
juga bahwa Yeremia mengulangi syair-syair itu, tetapi dalam urutan dan gubahan
yang berbeda. Setiap syair sempurna dalam dirinya sendiri, dan berisi ajarannya
sendiri.[1]
Tetapi kitab
Yeremia itu berisi beberapa kelompok syair, yang rupanya dikumpulkan dan
digubah dengan sengaja dan bijaksana. Setiap syair menggambarkan suatu unsur
lain dari tema, dan ada perkembangan-perkembangan pikiran yang jelas. Dengan
demikian, sementara setiap syair berisi ajarannya sendiri, tetapi setiap
kumpulan syair-syair sebagai keseluruhan itu mempunyai maknanya yang khusus,
dan mungkin dipersiapkan untuk dipakai pada waktu kesempatan yang khusus.
2. Isi
Baiklah engkau
siap: secara harafiah “ikatlah pinggangmu”, suatu ungkapan yang biasa dalam
bahasa ibrani yang berarti; mempersiapkan diri untuk bekerja.
Ayat 17-19 ini
bertalian erat dengan riwayat pemanggialn Yeremia dalam ayat 4-10. Barangkalai
golongan Deuteronomist memperbaiki ayat-ayat ini. Tetapi didalam menafsirkannya
tidak perlu membedakan antara kata-kata Yeremia dengan kata-kata Deuteronomist.
Keyakinan-keyakinan pokok dalam ayat-ayat ini dapat diringkaskan sebagai
berikut:
1.
Yeremia
harus mentaati pemanggilannya dan siap sedia untuk bekerja. Sebenarnya Yeremia
sendiri merasa diancam oleh penghakiman (atau hukuman) sebab itu jikalau dia
gentar (takut) mengucapkan semua kebenaran yang diterimanya dari Tuhan, maka
kegentarannya akan menjadi lebih kentara dihadapan bangsa itu. Yeremia akan
dihina, bangsa itu tidak akan menghormatinya lagi.
2.
Tuhan
akan menjadikan Yeremia sebagai kota yang berkubu yang dapat bertahan selama
pengepungan yang hebat oleh musuh. Tuhan mengerasakan hati dan sikap Yeremia
seperti besi atau tembaga. Kata-kata dari ayat 18 merupakan implikasi bahwa
sebenarnya Yeremia tidak mempunyai sifat yang demikian. Terdapat banyak bukti
dalam nubuat-nubuat dan syair-syairnya yang menjelaskan bahwa dia mempunyai
sifat yang sensitif dan tidak mau bertindak sendirian.
3.
Tetapi
orang-orang yang percaya seringkali
berkeyakinan bahwa Tuhan mempergunakan mereka bukan karena kekuatannya,
melainkan karena klemahannya (bd. 2 Kor. 12:10). Kepada muridnya yang kurang
mantap Yesus berkata,”Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan
mendirikan jemaatKu”(Mat.16:18), dan waktu Tuhan mempersiapkan Yeremia sebelum
pemanggilannya, Tuhan tidak menjadikan orang yang sombong dan puas dengan
dirinya sendiri, dan senang menghadapi perlawanan. Barangkali corak keberanian
yang dituntut dari Yeremia hanya sebagai seorang yang dapat dan tetep mengatasi
kegentarannya yang besar.
4.
Meskipun
nanti Yeremia kehilangan banyak teman dan merasa sunyi, tetapi Tuhan aka tetap
menyertainya dan melepaskan dia. Betapapun hebatnya serangan para pemuka, para
imam dan penduduk Yehuda, mereka tidak akan dapat mengalahkan Yeremia, sebab
Tuhan, yang lebih kuat daripada mereka, akan melindungi nabinya yang setia.
5.
Ayat
17-19 pertama-tama terdiri dari nasihat dan janji untuk kehidupan Yeremia
sendiri, dan bagi Deuteronomist kedudukan ayat-ayat dalam fasal 1 itu menjelaskan
suatu implikasi lebih jauh. Sebagaimana Tuhan tetap menyertai nabinya yang
setia, demikian juga dia akan menyertai dan melepaskan umatnya dari pembuangan
di babel. Asal saja mereka tetap setia. Terdapat banyak kesejajaran antara
hidup Yeremia dengan sejarah umat Tuhan, kedua-duanya dipanggil dan dipilih
untuk melayani maksud Allah, baik Yeremia maupun umat Allah diancam oleh
hukuman dan juga menerima janji tentang keselamatan.[2]
Jadi jelas maksud pasal 1:4-19,
pertama-tama ditekankan bahwa Yeremia bernubuat dengan otoritas TUHAN (
1:4-10);kedua, bahwa firma Allah pasti akan terlaksana (1:11-12); ketiga, bahwa
firman Allah berbicara tentang hukuman (1:13-16), dan pada akhirnya, firman
Allah itu menjanjikan kelepasan bagi orang-orang yang setia(1:17-19).
3. Refleksi
Kritis dan Pesan Bagi Umat Sekarang
Panggilan
Yeremia ini merupakan contoh tentang bagaimana Allah memanggil hambanya, yaitu
kita umat manusia sekarang ini. Kita dapat melihat suatu perinsip, yaitu bahwa
Allah perjanjian lama adalah sama dengan Allah Bapa Yesus Kristus dan Allah yang
bekerja di Gereja dan dunia sekarang. Tetapi kita dapat berpikir secara lebih
khusus tentang pemanggilan Yeremia menjadi seorang nabi.
Tugas Yeremia
ini hampir sama dengan tugas pengkotbah sekarang, yang harus mempelajari kitab
suci untuk mendapat apa yang mau difirmankan oleh Allah melalui kitab itu
kepada dia sendiri dan kepada umatnya. Yang bisa dikatakan pada zaman sekarang
ini kalau bagi kaum awam para vourhanger atau ketua-ketua lingkungan dan umat
lainnya yang mampu dan mempersiapkan bahan yang mau dikotbahkan , tetapi kita
harus kembali ke zaman Patristik yang tidak akan pernah lepas dari Kitab Suci.
Di samping itu,
sama seperti firman, yang pada aslinya ditujukan ke pada Yeremia dalam ayat
17-19, dipergunakan pada umat Israel pembuangan di Babel, maka dengan demikian firman
itu dapat dipergunakan kepada Gereja Kristen sekarang. Meskipun Gereja, sama
seperti orang-orang buangan itu, sering merupakan minoritas dalam lingkungan
yang asing atau bermusuhan, tetapi Gereja melalui kehidupan dan pekerjaanya
harus berusaha bukan hanya mentaati kehendak Allah, tetapi juga
memberitahukannya kepada dunia; dengan kata lain, Gereja mempunyai tugas
kenabian. Sama seperti Yeremia, Gereja akan mengalami banyak persoalan, diancam
oleh hukuman kalau tidak setia, tetapi jika setia, Allah akan menyertai Gereja
itu untuk melepaskannya.
Umat sekarang
juga perlu memahami bagaimana perjuangan Yeremia dalam pemanggilannya kepada
Allah Yang Mahakuasa, yang begitu setia dengan apa yang ditugaskan baginya. Kita
juga pada dewasa ini terkhusus bagi para pemimpin gereja dan pemimpin setempat
dalam lingkup gereja mempertanggungjawabkan dasar iman yang benar yang
dibawakan dan di hidupi oleh para rasul dan nabi-nabi terdahulu yang begitu
gigih dan sabar dalam menghadapi rintangan dan persoalan-persoalan dalam
meneruskan panggilannya menuju pada Allah Yang Mahakuasa. Kita harus sadar atas
perjuangan mereka untuk mempertahankan iman akan Allah dan Tuhan kita Yesus
Kristus yang tampak atas perbuatan dan hidup doa para nabi dan usaha mereka
bagi penerusnya, yaitu kita sendiri yang hidup pada zaman sekarang ini.
BIBLIOGRAFI
Paterson
M, Robert. Tafsiran Kitab Yeremia Fasal
1-24. Jakarta:Badan Penerbit Kristen Gunung Mulia,1977.
Brown E, Raymond
and all. The New Jerome Biblical
Commentary. Great Britain:Geoffrey Chapman,1993.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar