Pengantar
Injil Lukas
1.
Latar belakang
Menurut surat
kepada umat di Kolose, Lukas disebut sebagai seorang dokter. Orang ini adalah
pembantu Paulus. Dan memang harus diakui bahwa pengaruh Paulus dalam injil
Lukas tidaklah begitu jelas. Persamaan dalam kisah Institusi Ekaristi tidak
begitu berarti pengaruh dari penulis, karena bisa juga diterangkan dari
persamaan sumbernya. Menurut keterangan yang terdapat pada Kol 4:11b dan 14,
nampak Lukas bukanlah seorang Yahudi. Mungkin juga kesan diatas diperkuat
dengan kenyataan pengetahuan bahasa Yunani yang baik dari penulis injil ketiga
ini, dan pendidikan yang tinggi. Memang tidak mustahil bahwa penulis itu orang
Yahudi yang lama tinggal dilingkungan orang Helenis. Bagaimanapun juga,
pengarang injil ketiga menunjukkan keistimewaan baik bahasa maupun pemikiran
yang teliti. Sebagai petunjuk bahwa penulis injil ketiga adalah Lukas dan itu
berasal dari lingkungan Paulus, kerap ditunjukkan kesaksian dari Kisah Para
Rasul, khususnya bagian yang berbicara tentang “kami”.
Bahwa Lukas
seorang dokter, sering juga kelihatan didalam istilah yang digunakan untuk
menggambarkan beberapa “penyakit”. Istilah-istilahnya jauh lebih tepat dari
penginjil lain. Dan ketelitian dalam bahasa menunjukkan bahwa penulis memang
seorang cendekiawan, atau seorang yang memang mahir menggunakan bahasa yang
baik. Sebagian besar penulis beranggapan bahwa penulisan injil ketiga pada
tahun 70-an lebih layak. Alasan yang diajukan ialah kesan tentang penulisan
kehancuran Yerusalem. Memang gaya bahasa tulisan itu berbau Perjanjian Lama,
tetapi kalau diteliti dan dibandingkan dengan Markus dan Matius orang akan
mendapat kesan lain. Bahan yang hanya milik Lukas itu dimasukkan dalam kerangka
penggambaran hari akhir yang khas. Dan bila dibandingkan dengan Mrk 23:7.8 dan
Mt 24:15, Lukas menghilangkan pernyataan ‘lari dimusim dingin’ dan kekacauan
menyedihkan dan terus langsung berkisah tentang peristiwa. [1]
Lukisan peristiwa
yang menegangkan itu memberikan kesan ada kenangan yang istimewa dengan
peristiwa tersebut. Kecuali itu, seluruh semangat yang nampak didalam injil
memang lebih memberikan kesan perjuangan Gereja setelah tersebar didunia luas,
dimana gereja mulai membaharui diri secara teratur. Sangat mengesankan bahwa
Lukas membagi dua kisah eskatologis, yaitu; kisah tentang parousia dan
kehadiran kerajaan dan kisah tentang kekuatiran dan kejatuhan Yerusalem. Sedangkan
pada Matius dan Markus, kedua hal itu tercampur aduk. Lukas membedakan dua
bagian itu seolah-olah mau mengatakan bahwa keruntuhan Yerusalem bukanlah awal
atau gambaran dari saat kedatangan Kristus kedua. Gereja masih harus
menyongsong parousia, dan kepenuhan Kerajaan masih harus disiapkan. Sikap ini juga
dilandai oleh paham teologis yang ternyata mewarnai seluruh injil Lukas. Gereja
berjuang mengikuti jejak Yesus, kemudian meluas sampai ke penjuru dunia. Hal ini
juga kelihatan dari dalam rumusan doa Bapa kami versi Lukas. Menurut tradisi
Gereja kuno, injil Lukas ini ditulis di Yunani selatan. Ada juga pendapat yang
mengatakan bahwa Roma merupakan kota yang layak sebagai tempat penulisan injil
ini. Alasan pendapat itu ialah gambaran perkembangan Gereja di Roma yang
diutarakan dalam Kis,28:30-31.
2.
Ciri-Ciri Teologi Lukas
Sudah beberapa kali
disinggung sepintas bagaimana Lukas mencoba melihat persoalan iman kristen dan
merenungkan serta memberikan pertanggung jawab. Secara khusus perlu
diperhatikan bagaimana ciri-ciri teologi Lukas nampak didalam injilnya sendiri,
dengan demikian bisa kelihatan sumbangannya dalam rangka pemahaman injil
sinoptik ini. Kalau Markus mau memberikan jawaban bagaimana hidup sengsara
Yesus merupakan rahasia Messiah, dan Matius menunjukkan bahwa Messiah itu
justru yang memenuhi yang didambakan manusia sejak Perjanjian Lama, dan perlu
kita lihat bagaimana Lukas menilai pribadi Yesus Kristus bagi jemaatnya. Cara
dalam pengaturan injil Lukas juga berbeda dengan sinoptik lainnya, Lukas disini
mengatakan bahwa mau menulis injilnya secara teratur. Kaidah yang mau digunakan
memang tidak begitu jelas, tetapi anasir ketiganya sangat diperhatikan dalam
tulisan ini. Karena yang penting dalam tulisan Lukas ini bukannya sekedar
sejarah, melainkan sejarah keselamatan. Dan Lukas tetap menilai dan merenungkan
kembali iman, dalam kerangka peristiwa sejarah itu.
Dengan
penekanan itu mau ditunjukkan bahwa Lukas terutama seorang teolog. Ia melihat
sejarah ini adalah sejarah keselamatan yang dikehendaki Allah sang Pencipta. Penulisannya
justru menunjukkan tahap-tahap sejarah, dimana Yesus Kristus menjadi simpul
sejarah keselamatan itu. Pada pembukaan injilnya dikatakan, Lukas mau menuliskan ‘pragmata’ (kejadian).
Peragmata yang disebut justru berhubung dengan peristiwa Yesus Kristus yang
kemudian begitu berarti dalam kehidupan para murid. Sejarah keselamatan ini
merupakan kepenuhan nubuat alkitabiah. Disini Lukas mau menunjukkan pada kita umat manusia
seluruhnya, bahwa peristiwa ini adalah sejarah mereka, sejarah iman kita bersama.
Sejarah ini juga ‘rencana Allah’ yang mau menyelamatkan manusia. Istilah
kehendak atau rencana dipakai oleh Lukas untuk menunjukkan kehendak Allah dalam
kematian Yesus Kristus. Bandingkan Ef 1:11 yang memakai istilah itu dalam arti
yang lebih umum. Pengertian kehendak Allah itu sering juga dijelaskan dengan
kata ‘menentukan’, lih. Luk 22:22. Ketentuan ini menekankan keharusan
pelaksanaan. Kesatuan antara kesengsaraan dan kebangkitan Kristus, kenaikan-Nya
kesurga, merupakan tahap-tahap pelaksanaan penyelamatan Allah bagi manusia.
Keselamatan ini penting bagi Lukas, itu juga nampak dari istilah-istilah yang
diajukan Lukas. Istilah keselamatan dalam sipnotisi hanya ditemukan pada Lukas
1:69.71.77; 19,9, sedangkan istilah penyelamatan ditemukan pada Lukas 2:30; 3:6
dan satu kali digunakan pada Ef 6:17. Keselamatan ini dihubungkan dengan
pribadi Yesus Kristus, khususnya dengan peristiwa-peristiwa sengsara wafat dan
kebangkitannya. Berhubungan dengan masalah keselamatan yang diwartakan oleh
Lukas, dipersoalkan apakah dalam injil Lukas arah universal dari keselamatan
itu sudah nampak. Lukas memang mempunyai maksud menerangkan arah universal
keselamatan Kristus. Dengan demikian tidak berarti bahwa Lukas belum atau tidak
membicarakan tema keselamatan universal dalam injilnya.
2.1.
Kristologi dan Keselamatan Allah
Dalam injil
Lukas juga disoroti beberapa peristiwa dalam kehidupan Yesus yang istimewa. Hal
ini ditekankan cukup jelas pada Lukas dengan maksud menunjukkan bahwa hidup
Kristus Yesus sendiri merupakan perjalanan jiarah. Jika dibandingkan dengan
Matius dan Markus, kelihatan bagaimana sejak permulaan arah menuju Yerusalem
ini ditekankan oleh Lukas. Dalam menceritakan kisah godaan Yesus dipadang gurun
(luk 4:1-13 bdk Mat 4:1-11) lukas nampak membalikkan urutan, sehingga kisah
godaan di Yerusalem menjadi yang terakhir. Dengan demikian susunan ini selaras
dengan arah seluruh injil. Dan penampakan sesudah kebangkitan Yesus Kristus di
Galilea seperti disebut oleh sinoptisi, di hilangkan oleh Lukas, agar arah
Yerusalem tidak menjadi kabur. Kemudian warta gembira harus dimulai dari
Yerusalem. Lukas juga menekankan dua ciri pribadi Yesus dalam injilnya. Itu
adalah, Yesus sebagai nabi dan sebagai penyelamat. Gambaran Yesus sebagai nabi
memang nampak sangat khas pada Lukas, ini kelihatan dari pemakaian kata nabi
yang pada Lukas kerap kali kita temukan kata nabi tersebut. Ditengah rencana
Allah adalah Yesus dan pembebasan. Siapakah Yesus itu dan bagaimana kita tahu
Dia adalah pilihan Tuan? Inilah pertanyaan utama bagi Lukas. Ada juga pesan dan panggilan untuk menanggapi
kebersamaan dengan Yesus itu. Semua catatan ini dibungkus dalam sebuah paket
yang menjelaskan bahwa rencana tersebut tidak hanya memiliki masa depan, namun
relevan untuk saat ini. Tidak hanya orang yang mengenal Tuhan, tapi seseorang
bertanggung jawab. Dengan demikian rencananya tidak hanya memberikan, tetapi
juga menuntut respon iman yang memiliki keunggulan etis.
Potret Yesus
adalah salah satu yang dikembangkan Lukas dengan hati-hati. Ada juga yang
mengatakan bahwa kristologi Lukas adalah kumpulan dari berbagai tradisi yang
paling beragam di Perjanjian Baru. Di Lukas 1-2 memperkenalkan Yesus sebagian
besar sebagai sosok yang agung. Fungsi lain, seperti nabi dan pelayan, juga
penting bagi Lukas. Dan meskipun nabi-nabi Elia dan Elisa dibangkitkan sebagai
kesejajaran, Lukas juga berbicara tentang urapan dalam nada aorist yang
mengindikasikan bahwa pengurapan yang Yesus katakan terpenuhi hari ini, melihat
kembali kepada baptisan Yesus yang memiliki campuran profetik-kenabian. Namun
rakyat menganggap Yesus sebagai nabi. Tetapi pengakuan Petrus berpusat pada
Yesus sebagai Kristus. Yesus memenuhi syarat pengakuan ini dengan
memperkenalkan bagaimana pederitaan anak manusia. Bahkan gelar Yesus sebagai
anak secara unik dihubungkan oleh Lukas dengan peran mesianis Yesus. Campuran agung
kenabian ini muncul kembali dengan suara transfigurasi. Ketika Yesus
dipresentasikan sebagai nabi, Dia adalah seorang nabi pemimpin, satu seperti
Musa. Bahkan disini catatan peraturan dan arah sangat mendasar. Singkatnya,
peran mesianis Yesus sangat penting bagi kristologi Lukas. Menjelang akhir
pelayanan Yesus, penggambaran Lukas lebih terfokus dengan ini. Lukas sekarang
menunjuk pada otoritas anak manusia dan berbicara tentang Tuhan. Konsep-konsep
ini yang disebutkan sebelumnya, sekarang menjadi fokus perselisihan tentang Yesus.
Dan selanjutnya, Lukas mengangkat masalah ketuhanan, memberikan jawaban tentang
Yesus, dan menunjukkan bagaimana wewenang Yesus dalam ketuhanan. Dalam Kerajaan
pengajaran dan pekerjaan Yesus, mesias membawa kerajaan Allah, peraturan Allah
terwujud di bumi. Kerajaan sekarang hadir, tapi akan datang dimasa depan. Ini
berisi harapan duniawi namun memiliki dimensi spiritual. Disini kerajaan yang
hadir dikaitkan dengan otoritas Yesus. Lukas sering menyebutkan kehadiran
kerajaan Yesus mengerahkan otoritas atas kekuatan spiritual yang jahat. Hubungn
ini menunjukkan karakter spiritual kerajaan. Kerajaan sudah dekat (Luk
10:18-19). Pelajaran yang paling jelas dari kerajaan untuk mendapatkan
keuntungan dari kehadiran-Nya adalah para murid. Semua manfaat keselamatan
adalah milik mereka. Dan roh sebagai tokoh sentral penebusan bergerak dari posisi
yang dijanjikan untuk menjadi pengikut bagi Yesus. Janji akhirnya datang ketika
Roh jatuh kepada semua orang yang percaya. Lukas menjelaskan peristiwa tersebut
sebagai pertanda bahwa era baru telah tiba. Karenanya, Roh adalah pemberian
Bapa melalui anak yang dimuliakan. Dia adalah kekuatan dari tempat tinggi.
Kehadirannya adalah bukti bahwa Yesus dibangkitkan dan bahwa Yesus mengarahkan komunitas barunya dari sisi
Allah. Lukas menyakinkan Teofilus bahwa, meskipun Mesias sudah mati dan
tampaknya tidak ada, Dia hadir dalam karunia dan kehadiran Roh yang telah Dia
kirim.
Inti dari
penyediaan Roh itu adalah kebangkitan dan kenaikan Yesus. Lukas sendiri
menyebutkan dan mengembangkan kenaikan tersebut. Kenaikan tersebut
menghubungkan Luk 24 dan Kisah Para Rasul. Juruselamt yang diangkat adalah
orang yang bisa memerintah dan mewujudkan janjinya. Dia adalah orang yang bisa
memaafkan dan memberikan berkat sebagai tanda pengampunan itu. Otoritas Yesus
berjalan dan ditunjukkan pada mereka yang bekerja atas nama-Nya. Dengan
demikian, kenaikan tersebut menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan.
Dan dengan itu
Yesus membawa janji dan keselamatan. Keselamatan yang melibatkan berbagai
pengharapan, mengalami kerajaan, memiliki pengampunan, dan memperoleh Roh. Yesus
mengungkapkan dirinya sebagai orang yang membawa keselamatan, sementara ajaran
dan pekerjaan-Nya menjelaskan apa yang Ia harapkan melalui pelayanan-Nya. Yesus
adalah seorang guru dan pemikir yang ajaib. Ajaran-Nya berpusat pada kerajaan.
Kedatangan kerajaan digambarkan sebagai pembebasan, tetapi juga mencakup
panggilan unuk menghormati etika dalam menerima
dan mengalami berkat itu sendiri.[2]
2.2.
Rencana Tuhan
Pusat perhatian Lukas disini adalah
diskusi tentang rencana Tuhan. Tema ini lebih ditekankan pada Lukas daripada
injil sinoptik lainnya. Seperti Markus dan Matius lebih berbicara tentang peran
Yohanes Pembabtis sebagai pendahulu, perlunya penderitaan Yesus, dan sebuah
rencana mengenai hubungan. Sebagai tambahan juga, Lukas memiliki teks Anak
Manusia yang menderita, beberapa di antaranya unik. Kisah Para Rasul juga menyoroti
rincian dari Rencana Allah tersebut. Bagian-bagian itu memperjelas bahwa elemen
utama dari rencana tersebut adalah karir Yesus. Lukas 24:44-49 adalah bagian
kunci karena membagi karir Yesus menjadi tiga bagian dan menarik bagi Kitab
Suci, itu adalah; Kristus harus menderita, Ia bangkit dari antara orang mati pada
hari yang ketiga, dan pertobatan untuk pengampunan dosa harus diberitakan atas
nama-Nya kepada semua bangsa, mulai dari Yerusalem. Jadi, untuk semua keindahan
dari setiap pengajaran Yesus, pesan injil untuk Lukas lebih dari sekedar etik.
Ini adalah cara baru untuk berhubungan dengan Tuhan dengan beralih kepadanya
melalui Yesus Kristus. Tema rencana Tuhan didukung oleh catatan janji dan
pemenuhan dalam injil dan Kisah Para Rasul, terutama yang berkaitan dengan
Kitab Suci. Dan jembatan yang membentang di era janji yang lama dan era
presmian yang baru adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes adalah pendahulu yang yang
diprediksikan oleh Maleakhi, namun lebih lagi Yohanes mewakili nabi terbesar
pada jaman periode lama. Tidak ada lagi era baru begitu besar sehingga anggota
terendah kerajaan lebih tinggi dari pada nabi terbesar pada zaman dahulu.
Bagian ini menyajikan struktur dasar rencana Lukas. Pesan injil gereja dan
pengajaran Yesus tentang akhir menjelaskan waktu dan struktur era baru yang
diresmikan. Rencana Allah mempunyai elemen masa depan untuk di realisasikan.
Jadi bagian kedua dari rencana tersebut memiliki subdivisi, walaupun keseluruhan
era adalah salah satu penyempurnaan. Dan unsur-unsur lain dari rencana Allah
terlihat dalam pernyataan misi Yesus, dimana Dia menguraikan tugas-Nya. Yesus
datang untuk memberitakan kabar baik kepada yang membutuhkan, Dia datang untuk
menyembuhkan orang sakit, dan Dia datang untuk didengar. [3]
2.3.
Komunitas Baru
Komunitas
yang baru ini bukanlah entitas yang benar-benar terorganisir dalam injil. Dan di
luar kedua belas rasul dan dalam Lukas, tidak ada struktur formal untuk
beberapa lamanya ini. Sebaliknya, mereka yang menjadi komunitas baru Kisah Para
Rasul disebut dengan murid. Dalam injil, kelompok ini kebanyakan dari kalangan
orang Yahudi, namun ada sedikit petunjuk bahwa manfaat apa yang hendak
dilakukan Yesus dapat diperluas kepada orang Samaria dan bukan kepada orang
Yahudi. Mekipun tema itu sangat penting dalam Kisah Para Rasul, injil Lukas
menunjukkan bahwa pesan tersebut ditunjukkan kepada mereka yang berada di
pinggiran atau jauh dari masyarakat. Disini Lukas berfokus pada penerimaan
pesan oleh orang-orang buangan. Lukas menampilkan orang miskin, penyiksaanya,
dan pemungut cukai. Ini tampak bahwa, Lukas memandang orang miskin secara
material dan spiritual. Unsur ini jelas dalam Luk 1:50-53, dimana orang miskin
dan rendah hati, dan seperti para nabi yang dianiaya. Orang miskin atau yang
ditolak yang disebut dalam beberapa teks Luk 1:46-55 dan 21:1-4. Dan
singkatnya, susunan komunitas baru ini tidak mengenal batasan. Pesannya
tersebar bagi semua orang, siapa sajapun itu. Lukas menggunakan tiga istilah
untuk menggambarkan respons terhadap pesan-pesan itu, yaitu; bertobat, berbalik
dan beriman. Intinya disini adalah bahwa pertobatan melibatkan sudut pandang
yang baru, yang dapat mengubah manusia menjadi lebih baik dan kembali kepada
Allah. Ketika berhadapan dengan rencana Tuhan, itu berarti kita semakin terarah
kepada pertobatan itu, serta mudah terbantu dalam menjalankan itu semua. Lukas menunjukkan
bahwa buah pertobatan mengungkapkan dirinya secara konkret. Pertobatan
mengekspresikan dirinya dalam kehidupan, terutama dalam sikap, dan bagaimana
seseorang memperlakukan orang lain. Lukas melukis empat gambar pertobatan.
Pertama, tentang pasien yang sakit dan membutuhkan perhatian medis dan sangat
bergantung pada keterampilan dokter, dan datang ke dokter untuk meminta
pertolongan. Jadi, orang yang bertobat datang kepada Allah untuk penyembuhan
dan berkat rohani. Kedua, tentang pertobatan, dimana kisah anak yang hilang itu
menceritakan bahwa anak sadar dengan apa yang dia perbuat dan kembali kepada
bapanya, kisah ini menunjukkan bagaimana pertobatan sangatlah penting, namun
sepenuhnya bergantung pada belas kasihan orang yang kepadanya permintaan itu
dibuat. Melihat perubahan sikap tentang dosa, disini seseorang melihat bahwa
hanya Tuhan dan rahmat-Nya yang bisa memberikan kelegaan. Sentralisasi
pertobatan untuk Lukas ditunjukkan dalam Luk 24:47. Pertobatan untuk
pengampunan dosa berarti, bahwa seseorang mencari kemurahan Allah melalui Yesus
saat seseorang mendekati Tuhan sesuai persyaratannya. Ketiga, penagihan pajak
menunjukkan jenis pendekatan ini kepada Tuhan, meskipun istilah pertobatan
tidak digunakan di sana. Dan keempat, tentang instruksional, dalam Kisah Para
Rasul, istilah ini juga kunci bagi Lukas. [4]
Lukas
juga menggunakan berbagai istilah dalam injil untuk berkat yang ditawarkan,
yaitu pengampunan dan pembebasan, kehidupan, damai, kerajaan dan Roh.
Karunia-karunia dan cara dimana janji tersebut ditetapkan, menunjukkan bahwa apa
yang dilakukan Lukas tidak bersifat politis. Berbeda dengan mereka yang
bersikap politis, yang menentang dan menekan komunitas baru ini dalam segala
hal. Bagi Lukas, perjuangan Tuhan melibatkan tidak hanya mendapatkan kembali
pengabdian manusia, tapi juga membalikkan efek kekuatan jahat yang ada. Pada
tingkat manusia, lawan yang merupakan penghalang terbesar bagi masyarakat
adalah ahli taurat, orang Farisi, Saduki dan pemimpin agama Yudaisme. Baginya,
orang-orang Saduki dan imam-imam kepala menentang Kristus, dan sekarang tidak
diragukan kenegatifan dari orang Saduki tehadap Kristus. Namun teks-teks Lukas
memperjelas bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat juga mendapat
kritikan keras karena menolak pesan itu. Tetapi kebanyakan kepemimpinanlah yang
menentang Yesus dan merencanakan kematian-Nya. Mereka menaruh perhatian pada
Yesus, namun kadang-kadang tenggapan mereka terhadap Yesus bersifat dangkal dan
terkadang berubah-ubah. Yesus memperingatkan mereka dalam segala perbuatan yang
jahat yang mereka lakukan. Yesus memperingatkan konsekuensi tentang aturan
dalam penghakiman, dan tidak ada keraguan bahwa bangsa ini benar-benar tidak
menerima Yesus. Dan dalam Kisah Para Rasul, bangsa ini diperingatkan kembali
untuk mengubah pikirannya tentang Yesus, dan mereka harus bertobat atas segala
kekeliruan mereka terhadap Yesus. Dengan itu, Lukas beranggapan bahwa komunitas
baru tersebut diraih oleh orang-orang yang gagal menanggapi pesan harapan itu.
Yesus dan para murid secara konsisten menawarkan injil kepada bangsa dan sambil
mebuat tawaran-tawaran itu. Disini murid-murid tidak menciptakan perpecahan dan
mereka tidak membawa kekerasan kepada komunitas Yahudi. Mereka yang bersatu
dengan Yesus dipaksa untuk meninggalkan-Nya, seperti penganiayaan terhadap para
Rasul. Tapi komunitas baru disini bukanlah anti-Yahudi, komunitas baru
terus-menerus dilukiskan bahwa mereka selalu ke sinagoga meskipun menghadapi
resiko yang besar demi memberi harapan kepada Israel.
Penyebab
utama ketegangan dalam injil Lukas ini adalah hubungan komunitas baru dengan
hukum. Ini adalah hal yang diperdebatkan dalam pelajaran-pelajaran/study Lukas
sendiri. Beberapa orang berpendapat bahwa Lukas sangat konservatif dalam
sikapnya terhadap hukum taurat. Elser berpendapat bahwa Lukas mempertahankan
posisi ini, meskipun susah dan bahkan tidak mungkin dalam mempertahankannya.
Lukas melakukannya karena alasan sosiologis, yang berfungsi dalam menstabilkan
segala perkara yang ada saat itu. Dan Lukas melihat orang-orang Yahudi mematuhi
hukum, sedangkan oran-orang yang bukan Yahudi bebas dalam segala hal. Yang lain
juga mengatakan bahwa, undang-undang tersebut adalah bagian dari era lama dan
bahwa gereja secara perlahan menyadari hal ini. Sebagian besar masalah ini
dijelaskan dalam Kisah Para Rasul, meskipun dalam pembahasan Lukas, juga
diterangkan dengan baik. Dengan dorongan etis dalam hal mencintai Tuhan dan sesama, hukum
ditegaskan kembali dengan cara yang paralel oleh para nabi pada Perjanian Lama.
Hukum atau tradisi yang terikat dengannya merupakan sumber utama iritasi dalam injil,
terutama peraturan sabat. Sebenarnya, Yesus menunjukkan bahwa apa yang
dilakukan oleh Daud pada hari sabat, merupakan teladan pembenarannya, yang
tidak diperbolehkan dalam hukum Taurat. Injil Lukas memberi jawaban bahwa hukum
taurat menunjuk pada janji. Temanya adalah bahwa Tuhan memberi bukti
penerimaan-Nya terhadap komunitas baru ini dan perbedaanya dari hukum taurat
dengan mencurahkan Roh kepada bangsa-bangsa lain. Tuhan menunjukkan belaskasih-Nya
terhadap jalan baru yang mau mereka jalankan demi kebersatuan semuanya itu.
Lukas menggambarkan pengambilan sumpah dan elemen hukum lainnya sebagai
pilihan. Pelaksanaan pilihan semacam itu dapat mendorong persatuan pada
beberapa kesempatan. Resolusi Lukas adalah bahwa orang-orang Yahudi bebas untuk
mengamati hal-hal semacam itu, selama mereka tidak memaksa orang-orang bukan
Yahudi untuk melakukannya. Perbedaan ini adalah kunci dan solusi dalam
menciptakan persatuan kembali. Hukum tidak bisa dianggap mengikat, banyak teks
dalam Kisah Para Rasul yang berurusan dengan hal semacam ini, yang
mengungkapkan beberapa kekhawatiran bahwa Lukas ingin memperlakukan mereka
memiliki komunitas yang tercampur ras. Lukas memahami perbedaan ini dan tentang
solusi yang menghasilkan kesatuan gereja dalam masyarakat pada waktu itu.
Daftar
Pustaka
Bock,
L Darrell. Luke Vol I 1:1 – 9:50. Michigan:
Baker Books, 1994.
Morris, Leon. The New
Testament Theology. Michigan: American Copyright Conventions, 1990.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar