Translate

Minggu, 07 Oktober 2018

Lukas


Pengantar Injil Lukas

1.      Latar belakang

Menurut surat kepada umat di Kolose, Lukas disebut sebagai seorang dokter. Orang ini adalah pembantu Paulus. Dan memang harus diakui bahwa pengaruh Paulus dalam injil Lukas tidaklah begitu jelas. Persamaan dalam kisah Institusi Ekaristi tidak begitu berarti pengaruh dari penulis, karena bisa juga diterangkan dari persamaan sumbernya. Menurut keterangan yang terdapat pada Kol 4:11b dan 14, nampak Lukas bukanlah seorang Yahudi. Mungkin juga kesan diatas diperkuat dengan kenyataan pengetahuan bahasa Yunani yang baik dari penulis injil ketiga ini, dan pendidikan yang tinggi. Memang tidak mustahil bahwa penulis itu orang Yahudi yang lama tinggal dilingkungan orang Helenis. Bagaimanapun juga, pengarang injil ketiga menunjukkan keistimewaan baik bahasa maupun pemikiran yang teliti. Sebagai petunjuk bahwa penulis injil ketiga adalah Lukas dan itu berasal dari lingkungan Paulus, kerap ditunjukkan kesaksian dari Kisah Para Rasul, khususnya bagian yang berbicara tentang “kami”.
Bahwa Lukas seorang dokter, sering juga kelihatan didalam istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa “penyakit”. Istilah-istilahnya jauh lebih tepat dari penginjil lain. Dan ketelitian dalam bahasa menunjukkan bahwa penulis memang seorang cendekiawan, atau seorang yang memang mahir menggunakan bahasa yang baik. Sebagian besar penulis beranggapan bahwa penulisan injil ketiga pada tahun 70-an lebih layak. Alasan yang diajukan ialah kesan tentang penulisan kehancuran Yerusalem. Memang gaya bahasa tulisan itu berbau Perjanjian Lama, tetapi kalau diteliti dan dibandingkan dengan Markus dan Matius orang akan mendapat kesan lain. Bahan yang hanya milik Lukas itu dimasukkan dalam kerangka penggambaran hari akhir yang khas. Dan bila dibandingkan dengan Mrk 23:7.8 dan Mt 24:15, Lukas menghilangkan pernyataan ‘lari dimusim dingin’ dan kekacauan menyedihkan dan terus langsung berkisah tentang peristiwa. [1]
Lukisan peristiwa yang menegangkan itu memberikan kesan ada kenangan yang istimewa dengan peristiwa tersebut. Kecuali itu, seluruh semangat yang nampak didalam injil memang lebih memberikan kesan perjuangan Gereja setelah tersebar didunia luas, dimana gereja mulai membaharui diri secara teratur. Sangat mengesankan bahwa Lukas membagi dua kisah eskatologis, yaitu; kisah tentang parousia dan kehadiran kerajaan dan kisah tentang kekuatiran dan kejatuhan Yerusalem. Sedangkan pada Matius dan Markus, kedua hal itu tercampur aduk. Lukas membedakan dua bagian itu seolah-olah mau mengatakan bahwa keruntuhan Yerusalem bukanlah awal atau gambaran dari saat kedatangan Kristus kedua. Gereja masih harus menyongsong parousia, dan kepenuhan Kerajaan masih harus disiapkan. Sikap ini juga dilandai oleh paham teologis yang ternyata mewarnai seluruh injil Lukas. Gereja berjuang mengikuti jejak Yesus, kemudian meluas sampai ke penjuru dunia. Hal ini juga kelihatan dari dalam rumusan doa Bapa kami versi Lukas. Menurut tradisi Gereja kuno, injil Lukas ini ditulis di Yunani selatan. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Roma merupakan kota yang layak sebagai tempat penulisan injil ini. Alasan pendapat itu ialah gambaran perkembangan Gereja di Roma yang diutarakan dalam Kis,28:30-31.




2.      Ciri-Ciri Teologi Lukas

Sudah beberapa kali disinggung sepintas bagaimana Lukas mencoba melihat persoalan iman kristen dan merenungkan serta memberikan pertanggung jawab. Secara khusus perlu diperhatikan bagaimana ciri-ciri teologi Lukas nampak didalam injilnya sendiri, dengan demikian bisa kelihatan sumbangannya dalam rangka pemahaman injil sinoptik ini. Kalau Markus mau memberikan jawaban bagaimana hidup sengsara Yesus merupakan rahasia Messiah, dan Matius menunjukkan bahwa Messiah itu justru yang memenuhi yang didambakan manusia sejak Perjanjian Lama, dan perlu kita lihat bagaimana Lukas menilai pribadi Yesus Kristus bagi jemaatnya. Cara dalam pengaturan injil Lukas juga berbeda dengan sinoptik lainnya, Lukas disini mengatakan bahwa mau menulis injilnya secara teratur. Kaidah yang mau digunakan memang tidak begitu jelas, tetapi anasir ketiganya sangat diperhatikan dalam tulisan ini. Karena yang penting dalam tulisan Lukas ini bukannya sekedar sejarah, melainkan sejarah keselamatan.  Dan Lukas tetap menilai dan merenungkan kembali iman, dalam kerangka peristiwa sejarah itu.
            Dengan penekanan itu mau ditunjukkan bahwa Lukas terutama seorang teolog. Ia melihat sejarah ini adalah sejarah keselamatan yang dikehendaki Allah sang Pencipta. Penulisannya justru menunjukkan tahap-tahap sejarah, dimana Yesus Kristus menjadi simpul sejarah keselamatan itu. Pada pembukaan injilnya dikatakan, Lukas  mau menuliskan ‘pragmata’ (kejadian). Peragmata yang disebut justru berhubung dengan peristiwa Yesus Kristus yang kemudian begitu berarti dalam kehidupan para murid. Sejarah keselamatan ini merupakan kepenuhan nubuat alkitabiah. Disini Lukas mau  menunjukkan pada kita umat manusia seluruhnya, bahwa peristiwa ini adalah sejarah mereka, sejarah iman kita bersama. Sejarah ini juga ‘rencana Allah’ yang mau menyelamatkan manusia. Istilah kehendak atau rencana dipakai oleh Lukas untuk menunjukkan kehendak Allah dalam kematian Yesus Kristus.   Bandingkan   Ef 1:11 yang memakai istilah itu dalam arti yang lebih umum. Pengertian kehendak Allah itu sering juga dijelaskan dengan kata ‘menentukan’, lih. Luk 22:22. Ketentuan ini menekankan keharusan pelaksanaan. Kesatuan antara kesengsaraan dan kebangkitan Kristus, kenaikan-Nya kesurga, merupakan tahap-tahap pelaksanaan penyelamatan Allah bagi manusia. Keselamatan ini penting bagi Lukas, itu juga nampak dari istilah-istilah yang diajukan Lukas. Istilah keselamatan dalam sipnotisi hanya ditemukan pada Lukas 1:69.71.77; 19,9, sedangkan istilah penyelamatan ditemukan pada Lukas 2:30; 3:6 dan satu kali digunakan pada Ef 6:17. Keselamatan ini dihubungkan dengan pribadi Yesus Kristus, khususnya dengan peristiwa-peristiwa sengsara wafat dan kebangkitannya. Berhubungan dengan masalah keselamatan yang diwartakan oleh Lukas, dipersoalkan apakah dalam injil Lukas arah universal dari keselamatan itu sudah nampak. Lukas memang mempunyai maksud menerangkan arah universal keselamatan Kristus. Dengan demikian tidak berarti bahwa Lukas belum atau tidak membicarakan tema keselamatan universal dalam injilnya.
           
2.1.  Kristologi dan Keselamatan Allah

Dalam injil Lukas juga disoroti beberapa peristiwa dalam kehidupan Yesus yang istimewa. Hal ini ditekankan cukup jelas pada Lukas dengan maksud menunjukkan bahwa hidup Kristus Yesus sendiri merupakan perjalanan jiarah. Jika dibandingkan dengan Matius dan Markus, kelihatan bagaimana sejak permulaan arah menuju Yerusalem ini ditekankan oleh Lukas. Dalam menceritakan kisah godaan Yesus dipadang gurun (luk 4:1-13 bdk Mat 4:1-11) lukas nampak membalikkan urutan, sehingga kisah godaan di Yerusalem menjadi yang terakhir. Dengan demikian susunan ini selaras dengan arah seluruh injil. Dan penampakan sesudah kebangkitan Yesus Kristus di Galilea seperti disebut oleh sinoptisi, di hilangkan oleh Lukas, agar arah Yerusalem tidak menjadi kabur. Kemudian warta gembira harus dimulai dari Yerusalem. Lukas juga menekankan dua ciri pribadi Yesus dalam injilnya. Itu adalah, Yesus sebagai nabi dan sebagai penyelamat. Gambaran Yesus sebagai nabi memang nampak sangat khas pada Lukas, ini kelihatan dari pemakaian kata nabi yang pada Lukas kerap kali kita temukan kata nabi tersebut. Ditengah rencana Allah adalah Yesus dan pembebasan. Siapakah Yesus itu dan bagaimana kita tahu Dia adalah pilihan Tuan? Inilah pertanyaan utama bagi Lukas. Ada  juga pesan dan panggilan untuk menanggapi kebersamaan dengan Yesus itu. Semua catatan ini dibungkus dalam sebuah paket yang menjelaskan bahwa rencana tersebut tidak hanya memiliki masa depan, namun relevan untuk saat ini. Tidak hanya orang yang mengenal Tuhan, tapi seseorang bertanggung jawab. Dengan demikian rencananya tidak hanya memberikan, tetapi juga menuntut respon iman yang memiliki keunggulan etis.
Potret Yesus adalah salah satu yang dikembangkan Lukas dengan hati-hati. Ada juga yang mengatakan bahwa kristologi Lukas adalah kumpulan dari berbagai tradisi yang paling beragam di Perjanjian Baru. Di Lukas 1-2 memperkenalkan Yesus sebagian besar sebagai sosok yang agung. Fungsi lain, seperti nabi dan pelayan, juga penting bagi Lukas. Dan meskipun nabi-nabi Elia dan Elisa dibangkitkan sebagai kesejajaran, Lukas juga berbicara tentang urapan dalam nada aorist yang mengindikasikan bahwa pengurapan yang Yesus katakan terpenuhi hari ini, melihat kembali kepada baptisan Yesus yang memiliki campuran profetik-kenabian. Namun rakyat menganggap Yesus sebagai nabi. Tetapi pengakuan Petrus berpusat pada Yesus sebagai Kristus. Yesus memenuhi syarat pengakuan ini dengan memperkenalkan bagaimana pederitaan anak manusia. Bahkan gelar Yesus sebagai anak secara unik dihubungkan oleh Lukas dengan peran mesianis Yesus. Campuran agung kenabian ini muncul kembali dengan suara transfigurasi. Ketika Yesus dipresentasikan sebagai nabi, Dia adalah seorang nabi pemimpin, satu seperti Musa. Bahkan disini catatan peraturan dan arah sangat mendasar. Singkatnya, peran mesianis Yesus sangat penting bagi kristologi Lukas. Menjelang akhir pelayanan Yesus, penggambaran Lukas lebih terfokus dengan ini. Lukas sekarang menunjuk pada otoritas anak manusia dan berbicara tentang Tuhan. Konsep-konsep ini yang disebutkan sebelumnya, sekarang menjadi fokus perselisihan tentang Yesus. Dan selanjutnya, Lukas mengangkat masalah ketuhanan, memberikan jawaban tentang Yesus, dan menunjukkan bagaimana wewenang Yesus dalam ketuhanan. Dalam Kerajaan pengajaran dan pekerjaan Yesus, mesias membawa kerajaan Allah, peraturan Allah terwujud di bumi. Kerajaan sekarang hadir, tapi akan datang dimasa depan. Ini berisi harapan duniawi namun memiliki dimensi spiritual. Disini kerajaan yang hadir dikaitkan dengan otoritas Yesus. Lukas sering menyebutkan kehadiran kerajaan Yesus mengerahkan otoritas atas kekuatan spiritual yang jahat. Hubungn ini menunjukkan karakter spiritual kerajaan. Kerajaan sudah dekat (Luk 10:18-19). Pelajaran yang paling jelas dari kerajaan untuk mendapatkan keuntungan dari kehadiran-Nya adalah para murid. Semua manfaat keselamatan adalah milik mereka. Dan roh sebagai tokoh sentral penebusan bergerak dari posisi yang dijanjikan untuk menjadi pengikut bagi Yesus. Janji akhirnya datang ketika Roh jatuh kepada semua orang yang percaya. Lukas menjelaskan peristiwa tersebut sebagai pertanda bahwa era baru telah tiba. Karenanya, Roh adalah pemberian Bapa melalui anak yang dimuliakan. Dia adalah kekuatan dari tempat tinggi. Kehadirannya adalah bukti bahwa Yesus dibangkitkan dan bahwa Yesus  mengarahkan komunitas barunya dari sisi Allah. Lukas menyakinkan Teofilus bahwa, meskipun Mesias sudah mati dan tampaknya tidak ada, Dia hadir dalam karunia dan kehadiran Roh yang telah Dia kirim.
Inti dari penyediaan Roh itu adalah kebangkitan dan kenaikan Yesus. Lukas sendiri menyebutkan dan mengembangkan kenaikan tersebut. Kenaikan tersebut menghubungkan Luk 24 dan Kisah Para Rasul. Juruselamt yang diangkat adalah orang yang bisa memerintah dan mewujudkan janjinya. Dia adalah orang yang bisa memaafkan dan memberikan berkat sebagai tanda pengampunan itu. Otoritas Yesus berjalan dan ditunjukkan pada mereka yang bekerja atas nama-Nya. Dengan demikian, kenaikan tersebut menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan.
Dan dengan itu Yesus membawa janji dan keselamatan. Keselamatan yang melibatkan berbagai pengharapan, mengalami kerajaan, memiliki pengampunan, dan memperoleh Roh. Yesus mengungkapkan dirinya sebagai orang yang membawa keselamatan, sementara ajaran dan pekerjaan-Nya menjelaskan apa yang Ia harapkan melalui pelayanan-Nya. Yesus adalah seorang guru dan pemikir yang ajaib. Ajaran-Nya berpusat pada kerajaan. Kedatangan kerajaan digambarkan sebagai pembebasan, tetapi juga mencakup panggilan unuk menghormati etika dalam menerima  dan mengalami berkat itu sendiri.[2]


2.2.  Rencana Tuhan

            Pusat perhatian Lukas disini adalah diskusi tentang rencana Tuhan. Tema ini lebih ditekankan pada Lukas daripada injil sinoptik lainnya. Seperti Markus dan Matius lebih berbicara tentang peran Yohanes Pembabtis sebagai pendahulu, perlunya penderitaan Yesus, dan sebuah rencana mengenai hubungan. Sebagai tambahan juga, Lukas memiliki teks Anak Manusia yang menderita, beberapa di antaranya unik. Kisah Para Rasul juga menyoroti rincian dari Rencana Allah tersebut. Bagian-bagian itu memperjelas bahwa elemen utama dari rencana tersebut adalah karir Yesus. Lukas 24:44-49 adalah bagian kunci karena membagi karir Yesus menjadi tiga bagian dan menarik bagi Kitab Suci, itu adalah; Kristus harus menderita, Ia bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan pertobatan untuk pengampunan dosa harus diberitakan atas nama-Nya kepada semua bangsa, mulai dari Yerusalem. Jadi, untuk semua keindahan dari setiap pengajaran Yesus, pesan injil untuk Lukas lebih dari sekedar etik. Ini adalah cara baru untuk berhubungan dengan Tuhan dengan beralih kepadanya melalui Yesus Kristus. Tema rencana Tuhan didukung oleh catatan janji dan pemenuhan dalam injil dan Kisah Para Rasul, terutama yang berkaitan dengan Kitab Suci. Dan jembatan yang membentang di era janji yang lama dan era presmian yang baru adalah Yohanes Pembaptis. Yohanes adalah pendahulu yang yang diprediksikan oleh Maleakhi, namun lebih lagi Yohanes mewakili nabi terbesar pada jaman periode lama. Tidak ada lagi era baru begitu besar sehingga anggota terendah kerajaan lebih tinggi dari pada nabi terbesar pada zaman dahulu. Bagian ini menyajikan struktur dasar rencana Lukas. Pesan injil gereja dan pengajaran Yesus tentang akhir menjelaskan waktu dan struktur era baru yang diresmikan. Rencana Allah mempunyai elemen masa depan untuk di realisasikan. Jadi bagian kedua dari rencana tersebut memiliki subdivisi, walaupun keseluruhan era adalah salah satu penyempurnaan. Dan unsur-unsur lain dari rencana Allah terlihat dalam pernyataan misi Yesus, dimana Dia menguraikan tugas-Nya. Yesus datang untuk memberitakan kabar baik kepada yang membutuhkan, Dia datang untuk menyembuhkan orang sakit, dan Dia datang untuk didengar. [3]





2.3.  Komunitas Baru
Komunitas yang baru ini bukanlah entitas yang benar-benar terorganisir dalam injil. Dan di luar kedua belas rasul dan dalam Lukas, tidak ada struktur formal untuk beberapa lamanya ini. Sebaliknya, mereka yang menjadi komunitas baru Kisah Para Rasul disebut dengan murid. Dalam injil, kelompok ini kebanyakan dari kalangan orang Yahudi, namun ada sedikit petunjuk bahwa manfaat apa yang hendak dilakukan Yesus dapat diperluas kepada orang Samaria dan bukan kepada orang Yahudi. Mekipun tema itu sangat penting dalam Kisah Para Rasul, injil Lukas menunjukkan bahwa pesan tersebut ditunjukkan kepada mereka yang berada di pinggiran atau jauh dari masyarakat. Disini Lukas berfokus pada penerimaan pesan oleh orang-orang buangan. Lukas menampilkan orang miskin, penyiksaanya, dan pemungut cukai. Ini tampak bahwa, Lukas memandang orang miskin secara material dan spiritual. Unsur ini jelas dalam Luk 1:50-53, dimana orang miskin dan rendah hati, dan seperti para nabi yang dianiaya. Orang miskin atau yang ditolak yang disebut dalam beberapa teks Luk 1:46-55 dan 21:1-4. Dan singkatnya, susunan komunitas baru ini tidak mengenal batasan. Pesannya tersebar bagi semua orang, siapa sajapun itu. Lukas menggunakan tiga istilah untuk menggambarkan respons terhadap pesan-pesan itu, yaitu; bertobat, berbalik dan beriman. Intinya disini adalah bahwa pertobatan melibatkan sudut pandang yang baru, yang dapat mengubah manusia menjadi lebih baik dan kembali kepada Allah. Ketika berhadapan dengan rencana Tuhan, itu berarti kita semakin terarah kepada pertobatan itu, serta mudah terbantu dalam menjalankan itu semua. Lukas menunjukkan bahwa buah pertobatan mengungkapkan dirinya secara konkret. Pertobatan mengekspresikan dirinya dalam kehidupan, terutama dalam sikap, dan bagaimana seseorang memperlakukan orang lain. Lukas melukis empat gambar pertobatan. Pertama, tentang pasien yang sakit dan membutuhkan perhatian medis dan sangat bergantung pada keterampilan dokter, dan datang ke dokter untuk meminta pertolongan. Jadi, orang yang bertobat datang kepada Allah untuk penyembuhan dan berkat rohani. Kedua, tentang pertobatan, dimana kisah anak yang hilang itu menceritakan bahwa anak sadar dengan apa yang dia perbuat dan kembali kepada bapanya, kisah ini menunjukkan bagaimana pertobatan sangatlah penting, namun sepenuhnya bergantung pada belas kasihan orang yang kepadanya permintaan itu dibuat. Melihat perubahan sikap tentang dosa, disini seseorang melihat bahwa hanya Tuhan dan rahmat-Nya yang bisa memberikan kelegaan. Sentralisasi pertobatan untuk Lukas ditunjukkan dalam Luk 24:47. Pertobatan untuk pengampunan dosa berarti, bahwa seseorang mencari kemurahan Allah melalui Yesus saat seseorang mendekati Tuhan sesuai persyaratannya. Ketiga, penagihan pajak menunjukkan jenis pendekatan ini kepada Tuhan, meskipun istilah pertobatan tidak digunakan di sana. Dan keempat, tentang instruksional, dalam Kisah Para Rasul, istilah ini juga kunci bagi Lukas. [4]
Lukas juga menggunakan berbagai istilah dalam injil untuk berkat yang ditawarkan, yaitu pengampunan dan pembebasan, kehidupan, damai, kerajaan dan Roh. Karunia-karunia dan cara dimana janji tersebut ditetapkan, menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Lukas tidak bersifat politis. Berbeda dengan mereka yang bersikap politis, yang menentang dan menekan komunitas baru ini dalam segala hal. Bagi Lukas, perjuangan Tuhan melibatkan tidak hanya mendapatkan kembali pengabdian manusia, tapi juga membalikkan efek kekuatan jahat yang ada. Pada tingkat manusia, lawan yang merupakan penghalang terbesar bagi masyarakat adalah ahli taurat, orang Farisi, Saduki dan pemimpin agama Yudaisme. Baginya, orang-orang Saduki dan imam-imam kepala menentang Kristus, dan sekarang tidak diragukan kenegatifan dari orang Saduki tehadap Kristus. Namun teks-teks Lukas memperjelas bahwa orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat juga mendapat kritikan keras karena menolak pesan itu. Tetapi kebanyakan kepemimpinanlah yang menentang Yesus dan merencanakan kematian-Nya. Mereka menaruh perhatian pada Yesus, namun kadang-kadang tenggapan mereka terhadap Yesus bersifat dangkal dan terkadang berubah-ubah. Yesus memperingatkan mereka dalam segala perbuatan yang jahat yang mereka lakukan. Yesus memperingatkan konsekuensi tentang aturan dalam penghakiman, dan tidak ada keraguan bahwa bangsa ini benar-benar tidak menerima Yesus. Dan dalam Kisah Para Rasul, bangsa ini diperingatkan kembali untuk mengubah pikirannya tentang Yesus, dan mereka harus bertobat atas segala kekeliruan mereka terhadap Yesus. Dengan itu, Lukas beranggapan bahwa komunitas baru tersebut diraih oleh orang-orang yang gagal menanggapi pesan harapan itu. Yesus dan para murid secara konsisten menawarkan injil kepada bangsa dan sambil mebuat tawaran-tawaran itu. Disini murid-murid tidak menciptakan perpecahan dan mereka tidak membawa kekerasan kepada komunitas Yahudi. Mereka yang bersatu dengan Yesus dipaksa untuk meninggalkan-Nya, seperti penganiayaan terhadap para Rasul. Tapi komunitas baru disini bukanlah anti-Yahudi, komunitas baru terus-menerus dilukiskan bahwa mereka selalu ke sinagoga meskipun menghadapi resiko yang besar demi memberi harapan kepada Israel.
Penyebab utama ketegangan dalam injil Lukas ini adalah hubungan komunitas baru dengan hukum. Ini adalah hal yang diperdebatkan dalam pelajaran-pelajaran/study Lukas sendiri. Beberapa orang berpendapat bahwa Lukas sangat konservatif dalam sikapnya terhadap hukum taurat. Elser berpendapat bahwa Lukas mempertahankan posisi ini, meskipun susah dan bahkan tidak mungkin dalam mempertahankannya. Lukas melakukannya karena alasan sosiologis, yang berfungsi dalam menstabilkan segala perkara yang ada saat itu. Dan Lukas melihat orang-orang Yahudi mematuhi hukum, sedangkan oran-orang yang bukan Yahudi bebas dalam segala hal. Yang lain juga mengatakan bahwa, undang-undang tersebut adalah bagian dari era lama dan bahwa gereja secara perlahan menyadari hal ini. Sebagian besar masalah ini dijelaskan dalam Kisah Para Rasul, meskipun dalam pembahasan Lukas, juga diterangkan dengan baik. Dengan dorongan etis  dalam hal mencintai Tuhan dan sesama, hukum ditegaskan kembali dengan cara yang paralel oleh para nabi pada Perjanian Lama. Hukum atau tradisi yang terikat dengannya merupakan sumber utama iritasi dalam injil, terutama peraturan sabat. Sebenarnya, Yesus menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh Daud pada hari sabat, merupakan teladan pembenarannya, yang tidak diperbolehkan dalam hukum Taurat. Injil Lukas memberi jawaban bahwa hukum taurat menunjuk pada janji. Temanya adalah bahwa Tuhan memberi bukti penerimaan-Nya terhadap komunitas baru ini dan perbedaanya dari hukum taurat dengan mencurahkan Roh kepada bangsa-bangsa lain. Tuhan menunjukkan belaskasih-Nya terhadap jalan baru yang mau mereka jalankan demi kebersatuan semuanya itu. Lukas menggambarkan pengambilan sumpah dan elemen hukum lainnya sebagai pilihan. Pelaksanaan pilihan semacam itu dapat mendorong persatuan pada beberapa kesempatan. Resolusi Lukas adalah bahwa orang-orang Yahudi bebas untuk mengamati hal-hal semacam itu, selama mereka tidak memaksa orang-orang bukan Yahudi untuk melakukannya. Perbedaan ini adalah kunci dan solusi dalam menciptakan persatuan kembali. Hukum tidak bisa dianggap mengikat, banyak teks dalam Kisah Para Rasul yang berurusan dengan hal semacam ini, yang mengungkapkan beberapa kekhawatiran bahwa Lukas ingin memperlakukan mereka memiliki komunitas yang tercampur ras. Lukas memahami perbedaan ini dan tentang solusi yang menghasilkan kesatuan gereja dalam masyarakat pada waktu itu.
















Daftar Pustaka

Bock, L Darrell. Luke Vol I 1:1 – 9:50. Michigan: Baker Books, 1994.  
Morris, Leon. The New Testament Theology. Michigan: American Copyright Conventions, 1990.


[1] Darrell L. Bock, Luke Vol I 1:1 – 9:50 ( Michigan: Baker Books,1994) ,hlm. 4-7.  

[2] Darrell L. Bock, Luke..., hlm. 29-34.
[3] Leon Morris, The New Testament Theology ( Michigan: American Copyright Conventions, 1990) ,hlm. 119-122.
[4] Leon Morris, The...,  hlm. 125-126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar